PEJABAT TAKUT ORANG NEKAT (i)
www.JinProperti.com - Jadi pengusaha properti, terkadang anda tak bisa menghindar dari birokrasi. Ketemu pejabat dan penguasa setempat dimana anda sedang mengerjakan proyek. Ada yang baik dan wajar. Ssst, tak ada makan siang gratis, semua pakai biaya. Jadi yang disebut wajar itu ya maksudnya ada biaya tapi normal-normal aja dan kita rela memberikannya.
Ada juga yang kebangetan. Minta tinggi diatas kewajaran. Nah, ketemu yang model beginian jangan mau kompromi. Jangan mau dijadikan sapi perah. Kita bukan puting susu sapi yang bisa diperas seenaknya dan diambil susunya untuk dinikmati.
Saya ada 2 pengalaman istimewa menghadapi kejadian begini yang mau saya bagikan kepada anda. Yang pertama menghadapi seorang direktur PDAM yang mata duitan, dan kedua berhadapan dengan seorang Walikota di Jawa Tengah yang arogan minta duit ratusan juta. Di artikel ini saya ceritakan dulu kejadian menghadapi seorang direktur PDAM.
Maaf, nama dan lokasinya saya samarkan. Saya takut yang bersangkutan ditangkap KPK. Sebut saja pak Dongok (orangnya memang dongok), pejabat direktur utama PDAM di sebuah kabupaten.
Saat proyek saya mengajukan permohonan penarikan jaringan air bersih melalui surat resmi, gak ada tanggapan seperti yang kami harapkan. Kemudian staf teknik saya melakukan follow up di kantor PDAM, dan diarahkan ketemu langsung direkturnya. Saat terjadi pertemuan, direktur PDAM meminta kepada staf saya untuk menghadirkan direktur pengembang bertemu dengannya.
Akhirnya sayapun datang menemuinya. Tak lupa bawa angpau berisi duit Rp 15.000.000 buat nyumpal mulutnya pak Dongok saat terbuka nanti minta santunan.
Ngomong basa basi sana sini, ujung-ujungnya adalah duit (UUD). Saya keluarkan duit yang saya persiapkan dan ditaruh diatas meja. Si Dongok nanya isinya berapa? Saya jawab Rp 15.000.000. Dia menjawab ketus; "Memangnya saya preman terminal? Cuma dikasih segini. Laba anda kan banyak, mestinya kasih saya 1 rumah dong .... Bawa saja uangnya kembali." Si Dongok ogah terima duitnya.
Sialan, enak aja minta rumah gratisan. Saya geram sekali. Dan meninggalkan kantor PDAM dengan galau. Kuatir sekali dengan nasib proyek saya, takut tak mendapat aliran air bersih dari PDAM. Konsumen mau mandi dan memasak pakai apa?
Waktu terus berjalan. Tiap 3 hari sekali saya sms pak Dongok menanyakan soal jaringan. Tapi jawabannya mutar-mutar terus dan diplomatis. Jeda 2 minggu sejak saya menemui dia, saya datang lagi ke kantornya membawa angpau berisi uang Rp 40.000.000. Kali ini dia mau terima, meski masih menyebut-nyebut bahwa saya pasti labanya gede. Dasar Dongok! Kalau laba kami gede, masalah buat loe? Kami bisnis pakai modal dan skill, wajar dapat laba gede. Bukan main palak kayak anda!!
Satu bulan sejak pak Dongok terima duit Rp 40.000.000 belum juga ada realisasi penarikan jaringan ke proyek kami. Saya makin gelisah. Konsumen bakal marah jika tak ada sambungan PDAM. Saya stres, makan makin banyak, tidur makin nyenyak.
Sampai suatu saat saya tidur bermimpi berantem dengan pak Dongok (saya menang KO di ronde ke 2). Jam 01.30 saya terbangun dengan nafas terengah-engah dan berkeringat. Saya mimpi buruk tentang pak Dongok.
Langsung saya ambil HP dan sms pak Dongok seperti ini; "Saya kecewa dengan kinerja anda sebagai Dir PDAM. Anda sudah mengganjal proyek saya, saya bersumpah juga akan mengganjal karir anda. Saya punya teman di media, LSM, parpol. Bahkan Bupati atasan anda saya juga kenal koq. Jangan panggil saya AW jika tak bisa melengserkan anda dari jabatan saat ini." Habis sms saya tidur lagi.
Pagi-pagi jam 06.30 saat saya sedang ngopi, dapat telpon dari pak Dongok. Langsung saya memaki-maki dia, dengan nada tinggi dan kalimat penuh intimidasi. Saya terlanjur nekat. "Demi Arya Wiguna, saya bersumpah akan membuat jabatan anda copot!!! Saya geram dengan pejabat sialan seperti anda."
Eh, pak Dongok yang dulu nampak arogan dan menang sendiri, pagi itu sama saya berubah jadi sopan sekali. Bahkan sangat merendah dan tak melawan ketika saya memakinya sebagai pejabat sialan. Dia meminta kepada saya supaya sabar dan berjanji akan memberikan kerjasama yang baik. Sepertinya dia takut dengan ancaman saya yang membawa-bawa nama LSM dan media.
Pejabat busuk lihat pengusaha matanya nanar ingin memanfaatkan. Tetapi segarang-garangnya dia kepada pengusaha, dia takut kepada media. Jadi kalau diancam dengan melapor media dia akan berpikir ulang.
Saya memang sudah nekat. Daripada memberi dia 1 unit rumah, mending saya lawan saja. Soal resiko pikir belakangan. Kalau banyak berpikir dan menimbang malah kita menjadi takut dan tak melakukan apapun.
Tak sampai 4 hari sejak saya memaki-maki dan mengancam direktur PDAM tersebut, dia malah menghubungi saya dan memberitahu bahwa jaringan air bersih (induk) hari itu sudah terpasang di proyek saya, dan mempersilahkan saya untuk mengajukan sambungan ke tiap-tiap rumah. Hehe .. Sok baik pak Dongok sekarang.
Anda berani memaki pejabat?? Saya berani. Tentu saja hanya untuk pejabat yang keterlaluan saja dan anggap kita sapi perahan.
Jangan meniru jika tak punya nyali, bro !
0 Komentar
Penulisan markup di komentar